Berdamai Dengan Masa Lalu
Ulasan Novel Rapijali 3: Kembali Karya Dee Lestari
BLURB
Delapan tahun berlalu. Ping telah berhasil menjadi penyanyi terkenal. Pada puncak kariernya, bayangan kelam mengintai dan menggerogotinya dari dalam. Di titik terendahnya, Ping menemukan secercah kehidupan lama yang ia rindukan, termasuk kawan lamanya, Oding.
Namun, segala sesuatunya tidak lagi sama.
Sementara itu, reuni akbar Pradipa Bangsa mempertemukan band Rapijali yang sudah tercerai-berai. Sebuah undangan pentas pun memaksa mereka berkumpul kembali. Sayangnya, proses yang harus mereka tempuh tidak sesederhana itu.
Dapatkah Rapijali utuh kembali?
Saya paham dengan kondisi Ping. Berdamai dengan luka di masa lalu itu penuh keraguan. Apa yang akan terjadi setelah ini? Apa akan terluka lagi atau malah berubah menjadi manis? Tak ada yang tahu jawaban dari keraguan itu, selain diri sendiri yang bernai untuk melangkah dan berdamai.
Jemi yang ragu menerima Rakai setelah luka yang ia terima di masa lalu dan merasa kecil dan minder jika melihat Ping. Ia ragu akankah pantas untuk Rakai.
Buto yang ragu dengan kepercayaan yang rusak, meski akhirnya tersambung lagi karena rasa yang lebih dari teman pada Lodeh.
Inggil yang ragu dengan Kus yang tak mau pindah dan betah di Bahari.
Ping yang ragu dengan perasaannya pada Oding, perdamaiannya dengan Guntur dan Ardi, dan menerima masa lalu yang segalanya ia tak pahami.
Oding yang ragu dengan perasaannya pada Ping. Apakah itu hanya kagum atau persinggahan semata? Keraguannya dapat mengalahkan rasa cintanya pada Ping.
Ardi yang ragu untuk berdamai dengan Guntur dan Ping. Meski awalnya sulit untuk menerima. Sikapnya juga yang mempengaruhi Sarnita untuk berubah.
Keraguan-keraguan para tokoh di sini berakhir penyelesaian dengan satu cara, berpikir dari prespektif lain, yaitu berdamai dan menerima. Terkadang kita terlalu banyak berpikir kemungkinan buruk yang bahkan bisa saja tidak terjadi. Hanya mempengaruhi diri sendiri saja. Pikiran negatif itu malah menjadi aura negatif ke diri sendiri sehingga membuat kita tidak tenang. Kita lupa, jika dihadapi, ada kemungkinan pula dapat melihat sinar kebahagiaan di ujung sana. Kita hanya perlu mencoba tanpa keraguan.
Dari Rapijali 1 sampai 3, saya merasa bercermin. Melihat cara Ping dan tokoh lain berdamai dengan masalah hidupnya, membuat saya berpikir dan kemungkinan akan menempuh cara yang sama, yaitu berdamai dengan diri sendiri.
Rapijali tak hanya cerita fiksi yang sekadar menghibur, melainkan kisah inspiratif dan penuh dengan moral yang dapat dipetik. Tak hanya itu, balutan musik di dalamnya membuat saya tak hanya terhibur dengan kisahnya, melainkan terhibur dengan sajian lagu-lagu ciptaan Bu Suri yang dapat didengarkan full. Mungkin, ini hal spesial yang bisa saya rasakan selama baca cerbung digital dan bergabung dengan digitribe, meskipun ini bukan pertama kalinya saya bergabung dengan digitribe Ibu Suri. Rapijali merupakan karya Bu Suri yang jelas berbeda atmosfer dengan Perahu Kertas atau karya lainnya. Rapijali memiliki atmosfer tersendiri.
Sebenarnya saya sudah membuat ulasan Rapijali 3 setelah selesai membaca bab 14. Karena belum boleh spoiler, jadi saya tahan dulu sampai buku fisiknya keluar.
Saya senang dengan ending yang bahagia, namun juga sedih karena esok tak ada lagi notifikasi updatean cerbung Rapijali. Saya menantikan buku fisiknya, karena ini mahakarya yang harus saya punya di lemari buku saya.
Terima kasih Bu Suri atas sajian mahakarya yang sudah mengaduk-aduk perasaan saya setiap hari dari tanggal 4-17 November. Saya selalu puas dengan sensasi baca cerbung Bu Suri. Dinanti karya selanjutnya, ya, Bu Suri. Love you to the moon. ❤️
Komentar
Posting Komentar