Pengabdian Guru Matematika

Ulasan Novel Guru Aini karya Andrea Hirata.


Blurb

“Ini persamaan hidupku sekarang, Bu,” Desi menyodorkan buku catatan ke tengah meja. Bu Amanah, yang juga guru matematika, tersenyum getir melihat persamaan garis lurus dengan variabel-variabel yang didefinisikan sendiri oleh Desi, x1: pendidikan, x2: kecerdasan. Yang menarik perhatiannya adalah konstanta a: pengorbanan.

“Pendidikan memerlukan pengorbanan, Bu. Pengorbanan itu nilai tetap, konstan, tak boleh berubah”

Konon, berdasarkan penelitian antah berantah, umumnya idealisme anak muda yang baru tamat dari perguruan tinggi bertahan paling lama 4 bulan. Setelah itu mereka akan menjadi pengeluh, penggerutu, dan penyalah seperti banyak orang lainnya, lalu secara menyedihkan terseret arus deras sungai besar rutinitas dan basa-basi birokrasi lalu tunduk patuh pada sistem yang buruk.

Dalam kenyataan hidup seperti itu, seberapa jauh Desi berani mempertahankan idealismenya menjadi guru matematika di sekolah pelosok?


Review

Ibu Desi merupakan seorang guru Matematika yang juga cita-citanya karena mengidolakan Ibu guru Marlis yang juga seorang guru matematika. Menurutnya, matematika adalah kunci perubahan negeri ini untuk menjadi lebih baik. Dalam penugasannya ke pelosok Sumatera, Tanjung Hampar yang mendengarnya saja bahkan tak pernah. Tapi, bagi Desi, tugasnya sebagai guru matematika di sana sangat diharapkan. Baginya negeri ini membutuhkan seorang guru yang sebenarnya guru. Padahal, dengan kecerdasannya ia bisa saja jadi dokter atau bidang lain. Kekuatan tekadnya terhadap matematika membuatnya teguh pendirian untuk menjadi seorang guru matematika meski ditempatkan di pelosok sekalipun. 


Mengapa senang menjadi guru matematika, Desi?" 

"Karena... karena matematika adalah salah satu ilmu yang paling banyak memecahkan misteri, karena matematika dapat mengubah peradaban, karena ingin menjadi seperti Ibu Marlis." 


Dalam pengabdiannya, ia bertemu dengan seorang anak bernama Nuraini bin Syafrudin, anak Dinah (salah satu tokoh di Orang-Orang Biasa). Nuraini atau Aini bisa dikatakan lemah sekali dengan matematika. Menurutnya, ia dan matematika tidak bis berkawan. Namun, berkat Guru Desi, Aini bisa bersahabat dengan matematika. 


"Kecendasan itu misterius, Laila.

Guru yang baik adalah guru yang dapat memacu kecerdasan muridnya. Guru yang lebih baik adalah guru yang dapat menemukan kecerdasan muridnya. Guru terbaik adalah guru yang tak kenal lelah mencari cara agar muridnya mengerti!"


Di buku ini banyak sekali penjelasan tentang teori matematika, seperti: kalkulus, trigonometri, dll. Dari sini kita bisa melihat bagaimana cara orang yang mencintai matematika dalam melihat dunia. Saya seperti terlempar kembali saat SD-SMA sangat mencintai matematika. Namun, saat SMA kecintaan itu terbagi dua dengan Kimia. Masa kejayaan saya dengan matematika adalah waktu SMP, sampai kawan-kawan bilang saya murid kesayangan Pak Deni, guru matematika terkiller. Maaf, saya jadi bernostalgia sedikit. Mari kita lanjut. 

Di buku ini juga mengangkat kembali sosok Debut Awaludin, Dinah, dll yang merupakan tokoh Orang-Orang Biasa. Sebenarnya, tidak bisa dikatakan juga bahwa buku ini memiliki cerita yang berkesinambungan meskipun prekuel Orang-Orang Biasa, karena keduanya bagaikan langit dan bumi. Orang-Orang Biasa mengisahkan mereka yang tidak suka dengan pengetahuan, apalagi matematika, sedangkan buku ini sangat menonjolkan tentang pengetahuan dan matematika. 

Entah kenapa, saya berpikir kenapa buku ini tidak diberi judul Guru Desi? Sebab, garis besar buku ini benar-benar menceritakan Desi yang benar-benar mengabdi menjadi guru matematika. Bagaimana ia mengubah Aini yang bodoh dengan matematika menjadi menyukai matematika, bahkan mencintai matematika. Guru Desi adalah contoh seorang guru sebagaimana seorang guru. 

Untuk alur bisa dikatakan bergerak cepat dari Desi SD, SMP, kuliah, mengabdi lalu loncat ke Aini kecil, SMP, SMA hingga berjuang tes kedokteran. Semua diceritakan seringkas mungkin, tapi sarat makna. 

Narasi Pak Cik itu khas. Membaca narasi dalam karya Pakcik seperti tengah mendengarkan Pak Cik bercerita, bukan sedang membaca narasi berderet-deret. Mengalir begitu saja. 

"Pengetahuan matematika itu jahit-menjahit, sulam- menyulam, hingga akhirnya kau dapatkan kruistik yang cantik. Murid sepertimu akan membuat matematika menjadi kabar baik bagi umat manusia, Aini."


⭐⭐⭐⭐

Rose Diana

February Wrap-up

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Novel Dilan (Dia Adalah Dilanku Tahun 1990) - Pidi Baiq

Ulasan Buku Puisi Cinta Yang Marah – M. Aan Mansyur

Ulasan Novel Lelaki Tua Dan Laut - Ernest Hemingway (Seri Sastra Dunia)

Ulasan Novel Pulang - Tere Liye

Ulasan Novel Memeluk Masa Lalu - Dwitasari