Antara Musik, Cinta dan Politik
Ulasan Novel Rapijali 1 karya Dee Lestari.
Blurb
Ping merasa telah memiliki segala yang ia butuhkan. Dunianya yang damai di Pantai Batu Karas, rumahnya yang penuh alat musik di tepi Sungai Cijulang, seorang sahabat terbaik, serta kakek yang menyayanginya. Namun, diam-diam Ping menyimpan kegelisahan tentang masa depannya yang buram. Bakat musiknya yang istimewa tidak memiliki wadah, dan ia tidak berani bercita-cita.
Hidup Ping jungkir balik ketika ia harus pindah ke Jakarta dan tinggal bersama keluarga calon gubernur. Ping mesti menghadapi sekolah baru, kawan-kawan baru, dan tantangan baru. Mungkinkah ia menemukan apa yang hilang selama ini? Dan, apakah Ping siap dengan yang ia temukan? Bahwa, hidupnya ternyata tidak sesederhana yang ia duga.
Review
Ini kedua kalinya saya ikut digitribe cerbung karya Maksur Dee Lestari. Sebelumnya Aroma Karsa, kemudian tahun ini Rapijali. Meskipun suasana dan keintimannya berbeda, cerbung ini tetap seru dinikmati di setiap Senin dan Kamis.
Alasan saya suka karya Dee Lestari adalah selalu menyajikan cerita yang berbeda dari yang lain, khas, unik dan memorable. Salah satunya Rapijali. Waktu Aroma Karsa, diskusi kita terasa intim. Itu pertama kalinya menikmati cerbung dengan cara yang unik di zaman serba digital seperti ini. Di Rapijali, Maksur menciptakan playlist lagu dalam membaca #Rapijali, karena Rapijali lebih mengangkat tema musik. Tentunya musik tak akan terlepas dalam proses penulisan, bukan? Apalagi buat Maksur yang juga seorang musisi. Waktu Aroma Karsa saja Maksur bikin lagu khusus Aroma Karsa. Mungkin, Maksur juga ingin kita sebagai pembaca menikmati hal yang sama.
Bagi generasi 80-90an pasti ikut bernostalgia dengan lagu-lagu di playlist ini. Berikut link Spotify-nya
Lewat Rapijali, saya diajak belajar tentang partitur musik, mengenal chorus dan istilah musik lainnya. Lewat Rapijali juga saya diajak menjelajah Batu Karas, tempat band aki-aki D'breho dikenal. Di awal banyak menggunakan Bahasa Sunda dan unsur komedi. Bagi yang paham Bahasa Sunda akan ikut tersenyum tanpa terjemahan, tapi tenang saja, bagi yang tidak mengerti Bahasa Sunda, terdapat terjemahannya, kok.
Untuk dari segi cerita, gaya bercerita Rapijali agak mirip dengan Perahu Kertas, tapi Rapijali lebih mencakup dunia kekinian, musik dan kondisi politik saat ini. Alur ceritanya lompat-lompat dibagi menjadi potongan-potongan sketsa dengan pov3. Tak ada ending dalam buku ini, sebab penyelesaian konflik-konflik di buku ini akan diselesaikan di buku Rapijali2 yang kabarnya akan terbit beberapa bulan lagi. Jadi, untuk buku Rapijali ini bisa dikatakan semua konfliknya menggantung. Ibarat grafik, konfliknya belum mencapai puncak. Sepertinya, Maksur sengaja membuat cerita Rapijali seperti ini agar pembaca tertarik membaca Rapijali 2 kelak. Salah satu pembaca yang penasaran, ya, saya. Asli, penasaran semua tokohnya mau di bawa ke mana, mengingat tokoh di buku ini lumayan banyak dan semuanya memiliki peran masing-masing di dalam cerita. Saya ingin tahu nasib Oding, karena saya tim Poding. Haha.
⭐⭐⭐⭐
Rose Diana
Baca ulasan Rapijali 2: Mencari di sini
Baca ulasan Rapijali 3: Kembali di sini
Komentar
Posting Komentar