Keanehan Demi Keanehan yang Menimpa Toru Okada

Ulasan Kronik Burung Pegas dari Haruki Murakami
Toru Okada dan Kumiko menjalani kehidupan rumah tangga yang tenang dan bahagia selama enam tahun. Lalu kucing mereka menghilang dan sederet hal-hal ganjil menggayuti kenyataan: perempuan antah-berantah yang mengajak phone sex, gang yang tidak punya pintu masuk dan pintu keluar, peramal yang selalu mengenakan topi vinil merah, rumah mewah tak berpenghuni an sumur kering, penatu misterius yang hobi mendengarkan musik, serta suara burung pegas dari halaman tetangga. Di tengah perjalanan Toru mencari kucing ia bertemu hal-hal dan orang-orang yang kian aneh serta terseret ke dalam petualangan menghadapi kekuatan gelap yang sedang menggeliat. Diterjemahkan langsung dari bahasa Jepang, Kronik Burung Pegas memuat sekitar 25.000 kata yang dipadatkan dalam edisi Inggris. Novel ini memenangkan Hadiah Sastra Yomiuri yang bergengsi dan penghargaan itu diserahkan oleh Kenzaburo Oe, pengkritik Haruki Murakami yang paling tajam.


Ulasan:
Saya membaca buku ini selain karena suka dengan karya Haruki Murakami juga menantang diri sendiri untuk membaca 925 halaman. Saya kira bisa selesai dalam seminggu, ternyata tiga minggu baru selesai. Karena buku ini tebal dan berat, jadi sulit untuk dibaca dalam perjalanan di kereta. Bacanya pun harus di meja karena lima belas menit pegang buku ini tanpa tumpuan, lumayan pegal. Tulisannya yang rapat dan kecil membuat mata harus lebih fokus. Untung saja saya suka karya Haruki Murakami jadi tidak membosankan. Saya beli ini saat dapat diskon dengan harga 150 ribuan. Padahal, tadinya mau beli ebook versi Inggrisnya yang lebih murah daripada harga asli buku ini. Sekarang, mari kita ulas bukunya. 

Buku ini memiliki tiga jilid atau bagian: bagian pertama perkenalan tokoh dan titik awal permasalahan, bagian kedua mulai ada titik terang dari konflik tersebut, bagian ketiga penyelesaian dan kesimpulan. Dari ketiga bagian ini masing-masing bagian terdapat beberapa bab. Masing-masing bagian tidak dapat ditebak arahnya. Malah, saya sempat terpukau setiap kali ada titik terang dari kebingungan saya. Saya tidak bingung sendiri karena ditemani oleh Toru Okada, tokoh utama dalam buku ini. 

Burung Pegas merupakan sebutan seekor burung oleh Toru Okada. Burung ini kerap mengeluarkan suara layaknya mainan pegas (krek krek krek) yang seolah tengah memutarkan dunia. Anehnya, hanya dia yang mendengar kicauan burung itu. Pamannya yang sebelum tinggal di rumah itu pun belum pernah mendengar suara burung yang dimaksud. Kemudian, Toru bertemu Mei Kasahara, anak remaja yang tanpa sengaja bertemu saat Toru mencari kucing. Karena cerita Toru tentang burung yang didengarnya, Mei memanggil Toru dengan sebutan Tuan Burung Pegas. Maka, begini kisahnya.

"Dunia sungguh-sungguh sempit. Dan dunia yang hampir berhenti berputar. Namun semakin sempit dan semakin statis dunia tempatku berada, kurasa dunia itu semakin penuh dengan hal-hal aneh dan orang-orang aneh. Seolah-olah mereka bersembunyi di bawah bayang-bayang dan menanti-nantikan saat aku berhenti melangkah. Dan, setiap kali burung pegas datang ke halamanku untuk memutar per, dunia ini semakin kacau dan membingungkan." Toru Okada (hal.168)

Toru Okada (30) bekerja menjadi staf ahli di salah satu kantor advokat, namun sudah beberapa hari dia mengundurkan diri dan beralih mengurus rumah. Sedangkan, istrinya, Komiko bekerja di salah satu majalah.  Pernikahan mereka belum dikaruniai anak karena mereka sendiri yang memutuskan untuk menunda keturunan. Komiko sempat hamil namun digugurkan dengan dalih kantornya tidak memberikan cuti melahirkan dan ekonomi rumah tangganya belum siap, padahal di balik itu ada rahasia yang disimpan Komiko. 

Keanehan yang dirasakan Toru bermula dari hilangnya kucing mereka yang bernama Noboru Wataya yang juga nama dari kakak laki-lakinya Komiko yang menjadi anggota parlemen di Jepang. Sejak kecil Komiko dan kakaknya tidak dekat. Komiko juga punya kakak perempuan yang sudah tiada. Hubungan antara Komiko, Noboru Wataya dan kakak perempuannya merupakan salah satu misteri dari keanehan ini.

"Seandainya umat manusia itu makhluk yang tak kan mati selama-lamanya, seandainya tak lenyap, tak kan menua, dan bisa hidup dengan sehat selama-lamanya di dunia ini, apakah umat manusia tetap memikirkan ini itu dengan serius?" Mei Kasahara (hal.353)

Keanehan berikutnya, dalam pencarian kucing, Toru mendapat telepon sex dari seorang wanita yang tidak dikenal: bertemu remaja bernama Mia Kasahara, wanita peramal bernama Malta Kano dan adiknya Kreta Kano yang lima puluh persen mempengaruhi kehidupan Toru. Belum lagi mimpi aneh yang terasa nyata yang dialami Toru. Hingga pada akhirnya, takdir kehidupan dan rumah tangga Toru berakhir menyedihkan. Komiko ikut hilang atau pergi meninggalkan Toru begitu saja, sehingga membuat pria itu turun ke dalam sumur kering yang ada di rumah kramat keluarga Miyawaki untuk menyendiri dan meratapi kemalangannya. Di sumur itu, dia ditemani kegelapan dan aroma lumut yang kuat serta menemukan hal aneh dan juga titik terang dari mimpi-mimpinya lewat mimpi. Ide masuk ke dalam sumur didapatkan dari cerita Letnan Mamiya saat PD II. 

Bagaimana kelanjutan rumah tangga Toru dan Komiko? Apakah kucing mereka kembali? Bagaimana hubungan Toru dengan wanita-wanita yang datang di kehidupannya itu? Silakan baca sendiri buku tebal ini.

"Kebencian bisa diibaratkan bayangan gelap yang memanjang. Di mana pangkal bayangan itu berada, biasanya tidak diketahui bahkan oleh pemiliknya sendiri. Itulah pedang bermata dua. Menebas lawannya, sekaligus menebas dirinya. Pedang yang menebas lawannya dengan keras, sekaligus menebas dirinya dengan keras juga. Bisa fatal juga akibatnya. Tapi pedang itu tidak bisa dibuang dengan mudah meski ingin dibuang. Benar-benar berbahaya. Sekali beralar dalam hati, kebencian sulit sekali dicabut." Kreta Kano (hal. 428)

Buku ini diambil dari sudut pandang orang pertama, yaitu Toru Okada. Kalau dari inti cerita, bisa dikatakan bahwa buku ini memiliki ide yang agak mirip dengan Dunia Kafka, di mana tentang pencarian seseorang. Kafka yang mencari ibunya, sedangkan Toru dalam Kronik Burung Pegas mencari kucing dan Komiko, istrinya. 

Selama membaca, saya mencari bagian mana yang bisa dihapus dan tidak mempengaruhi cerita agar bukunya tidak terlalu tebal. Saya kira penjelasan keseharian yang dilakukan Toru bisa saja dihapus karena tidak terlalu penting menurut saya. Namun saat membacanya, saya membayangkan sebuah drama dan mengikuti semua aktifitas Toru di rumah itu. Ini soal permainan imajinasi pembaca saja. Hubungan antar tokoh satu sama lain sangat kuat dan mempengaruhi jalannya cerita, bahkan seekor kucing pun pengaruh kuat di sini. 

Sebagai penggemar karya Haruki Murakami, saya tahu betul pola bercerita Murakami. Dia pandai memetaforakan sesuatu. 

This book made my mind blown 🎆🎆🎆. Keren. Tidak heran mendapat penghargaan. Kalau karya anak bangsa ada yang seperti ini, saya rasa kurang digemari oleh pembaca lokal karena memang bertele-tele layaknya khas Haruki Murakami. Justru dengan bertele-telenya, ceritanya nggak sekedar menuju satu titik saja tetapi bisa ke banyak titik yang bersamaan menuju satu titik klimaks. Paham kan maksud saya? Saya anggap paham, ya. 

Buku ini saya kasih ⭐⭐⭐⭐⭐

rose diana

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Novel Dilan (Dia Adalah Dilanku Tahun 1990) - Pidi Baiq

Ulasan Buku Puisi Cinta Yang Marah – M. Aan Mansyur

Ulasan Novel Lelaki Tua Dan Laut - Ernest Hemingway (Seri Sastra Dunia)

Ulasan Novel Pulang - Tere Liye

Ulasan Novel Memeluk Masa Lalu - Dwitasari