Minang, Padang dan Minangkabau
Obrolan dengan mama tadi malam mengenai sejarah Sumatera Barat, gara-gara rindu pulang kampung . Ada maksud untuk menuangkan budaya minang ke dalam tulisan. Minang? Kenapa Minang? Kenapa bukan Padang?
Baiklah. Jika menyebutkan ‘Orang Padang’ kepada orang yang asli Sumatera Barat seperti Bukit Tinggi, Payakumbuah, Agam, dll (disebut Urang Darek) dan Pariaman, Pesisir Selatan (disebut Urang Pantai), mereka akan tersinggung sebab Padang bukanlah sebutan untuk keseluruhan orang Sumatera Barat.
Padang adalah nama sebuah kota di Sumatera Barat yaitu Kota Padang. Dahulu ibu kota Sumatera Barat adalah Bukit Tinggi lalu pindah ke Kota Padang. Tahu tidak bahwa Bandara Minangkabau bukan terletak di Kota Padang melainkan di Kabupaten Pariaman. Jadi bukan Bandara Padang tetapi Bandara Minangkabau. Bukan ‘pulang ke Padang’ tetapi ‘pulang ke Minangkabau‘.
Kenapa disebut Minangkabau? Minangkabau terdiri dari dua kata yaitu Minang dan Kabau. Konon dahulu kala ada sebuah penaklukan dari kerajaan asing (seperti Majapahit) di Sumatera Barat. Untuk mencegah perselisihan, masyarakat setempat sepakat mengadu kerbau. Kerajaan asing menyetujui dengan mengirim kerbau besar sedangkan kerbau dari masyarakat setempat kecil dan lapar. Karena kerbau kecil menganggap kerbau besar itu adalah induknya, maka kerbau kecil berlari ke arah kerbau besar untuk mencari susu dan mencabik-cabik perut kerbau besar dengan tanduknya. Hingga pada akhirnya kerbau kecil menang.
Kemenangan tersebut menginspirasi masyarakat setempat untuk menamai dengan Minangkabau dari kata Manang Kabau (arti: Menang Kerbau).
Sebenarnya selama ini penyebutan asal dengan menyebutkan ‘Orang Padang’ itu salah, sebab yang disebut ‘Orang Padang’ adalah orang asli Kota Padang. Sedangkan untuk orang Sumatera Barat secara keseluruhan menamai dirinya dengan sebutan orang ‘Minang‘ bukan orang ‘Padang’
Begitupun dengan makanan seperti rendang, sate dan rumah makan. Kebanyakan orang menyebutkan ‘Rendang Padang’ seharusnya ‘Randang Minang‘ atau ‘Randang Payakumbuah‘ atau ‘Randang Pariaman‘ mengikuti nama daerahnya, sebab cita rasa setiap daerah berbeda-beda. Begitupun sate, yang benar ‘Sate Pariaman‘ bukan ‘Sate Padang’. Ada pula Sate Danguang-Danguang (konsisten tidak mau disebut Sate Padang) yang berasal dari Payakumbuah. Tetapi pengusaha restoran, penjual sate dirantau berpegang dengan pepatah ‘Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung’, akhirnya tak masalah jika disebut ‘Rumah Makan Padang’, ‘Restoran Padang’, ‘Sate Padang’ sebab dengan sebutan itu lebih membumi dibanding disebut ‘Rumah Makan Minang’, ‘Restoran Minang’, ‘Sate Pariaman’ atau ‘Sate Minang’.
Sama halnya dengan silat. Orang non-Sumatera Barat banyak menyebut dengan sebutan ‘Silat Padang’ yang benar ‘Silat Minangkabau‘ atau ‘Silek Minangkabau‘. Bukan ‘Bahasa Padang’ tetapi ‘Bahasa Minang‘.
Kesimpulannya kalau ada orang yang berasal dari Sumatera Barat, dia belum tentu ‘Orang Padang’ tetapi pasti ‘Orang Minang’. Buat yang orang Minang, mari membumikan kembali sebutan ‘Minang’ bukan ‘Padang’, sebab itu sebutan secara keseluruhan bagi Sumatera Barat (termasuk orang asli Kota Padang).
Jika ada kesalahan, jangan sungkan untuk mengoreksinya
Rose Diana
22 Sep 2016
Komentar
Posting Komentar