Ulasan Novel Botchan - Natsume Sõseki



Judul Novel: BOTCHAN
Penulis: Natsume Sõseki
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit (Indonesia): Juli 2016
Cetakan ke: Enam
Tebal: 224 halaman
SINOPSIS
Mengisahkan pemberontakan seorang guru muda terhadap “sistem” di sebuah sekolah di desa terpencil di Jepang. Sifat Botchan yang selalu terus terang dan tidak mau berpura-pura sering kali membuat dia mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Cerita yang dituturkan secara humoris ini sangat populer di kalangan tua dan muda di Jepang. Merupakan novel klasik yang paling banyak dibaca di Jepang modern, bisa dibilang novel modern klasik.
UNSUR INTRINSIK NOVEL
1. Tema: Pemberontakkan seorang guru pada sebuah “sistem” di salah satu sekolah.
2. Latar Belakang: sebuah desa terpencil di Jepang
3. Waktu: Saat Botchan kecil hingga berusia dua puluh empat tahun
4. Suasana: Menyenangkan dari humor ringan, kadang menyebalkan dari konflik yang disajikan.
5. Alur: campuran
6. Gaya Bahasa: frontal dan terlalu berterus terang
7. Pesan: Tak semua orang yang kita anggap baik, memang baik terkadang dia menusuk kita dari belakang, pun sebaliknya. Dalam dunia pekerjaan, teruslah berterus terang meski banyak ancaman dan adu domba dari berbagai pihak.
Kalau kau melakukan sesuatu, kaulah Si Pelaku. Kalau kau tidak melakukan sesuatu, berarti kau bukan pelaku. Sesederhana itu. Jika berniat berbohong supaya terbebas dari konsekuensi, sejak awal tidak usah bertindak. Kenakalan dan hukuman tidak bisa dipisahkan. Tidak ada masyarakat yang rela mentoleransi orang-orang memuakkan yang berfikir bisa bersenang-senang tanpa membayar akibatnya. ~Botchan~

8. Penokohan: 
Botchan: Polos, muda, berbicara terlalu jujur dan frontal, tempramen, idealis, kritis, menyayangi Kiyo (Perempuan tua yang sudah di anggap sebagai orang tuanya)
Kiyo: perempuan tua yang dahulunya berasal dari keluarga berada namun mengalami kebangkrutan sehingga bekerja di keluarga Botchan hingga rumah keluarga itu di jual dan Kiyo memutuskan untuk ikut Botchan denga kehidupan yang sederhana hingga pad akhirnya tinggal bersama keponakannya ketika Botchan menjadi guru di sebuah desa terpencil.
Kepala Guru (Kemeja Merah): berbicara feminin, lulusan sastra, berbicara manis padahal ada sesuatu hal licik yang ia lakukan dibalik ucapan manisnya.
Hotta: Guru matematika yang merupakan patner kerja Botchan. Keras dan berbadan tegap. Memiliki rambut cepak. Awal mulanya, Botchan mencurigai Hotta-lah yang licik terhadapnya, tetapi belakangan hanya lelaki itu yang setia dan sepaham dengannya.
Koga: Guru Bahasa Inggris yang berasal dari keluarga kaya namun mengalami kemerosotan ketika ayahnya meninggal. Sempat bertunangan dengan seorang gadis desa, namun sayangnya tidak jadi disebabkan ada penikungan dari belakang. Memiliki kulit putih pucat
KELEBIHAN NOVEL
Novel yang disajikan humor dan sedikit membuat pembaca kesal dengan sikap-sikap adu domba beberapa tokohnya. sikap tersebut sesuai dengan sifat Botchan yang benci dengan kebohongan dan melawan kebohongan itu sehingga diketahui dalang dari drama yang ia alami selama mengajar di desa itu.
Dari novel ini menjadi tahu bahwa kebohongan, adu domba, penjilat, licik, baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan biasa sudah menjadi hal yang lumrah dilakukan oleh beberapa manusia. Begitupun dalam dunia pendidikan. Sudah sejak zaman dahulu kala bahwa sistem sebuah pendidikan sudah dicampuradukkan oleh kepentingan pribadi bahkan guru baru yang idealis seperti Botchan diwajibkan mengikuti “sistem” tersebut jika karirnya tidak ada masalah.
Apa yang bisa kaulakukan di dunia dimana kepolosan dan kejujuran ditertawakan? ~Botchan~ 

KEKURANGAN NOVEL
Alur yang lompat-lompat membuat pembaca berhenti sejenak untuk menyerap maksud dari cerita tersebut. Alur lompat-lompat tersebut, disebagian cerita disajikan dengan akhir yang menggantung. Di satu bagian belum selesai, sudah lompat di bagian lain, terkadang lompat ke masa lalu. 
Narasi yang panjang membuat pembaca jenuh. Jika dipersentase, narasi di dalam novel ini kurang lebih sekitar sembilan puluh persen dan sepuluh persennya dialog.
Pada bagian akhir, berharap diceritakan lebih rinci kehidupan Botchan dan Kiyo tetapi justru diceritakan singkat dan lompat-lompat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Novel Dilan (Dia Adalah Dilanku Tahun 1990) - Pidi Baiq

Ulasan Buku Puisi Cinta Yang Marah – M. Aan Mansyur

Ulasan Novel Lelaki Tua Dan Laut - Ernest Hemingway (Seri Sastra Dunia)

Ulasan Novel Pulang - Tere Liye

Ulasan Novel Memeluk Masa Lalu - Dwitasari