Kecoa ​#Monolog





​#Monolog
KECOA
Pagi ini aku bermain bersama kayu berkaki ijuk sembari menari mengikuti irama lagu yang diputar di radio. Alunan lagu silih berganti dengan suara merdu Sang Penyiar. Di kala tengah asik menikmati musik yang mengisi seisi rumah, aku melihat seekor makhluk yang berlari kecil mendekatiku. Tidak, ini lebih mengerikan dibandingkan bertemu ondel-ondel. Tubuhnya coklat kehitaman dengan beberapa kaki. Ia memiliki sayap, sewaktu-waktu bisa terbang dan hinggap di tubuhku. Di kepalanya terdapat antena dan mulut yang menyeramkan. Aku mundur perlahan menjauhi makhluk itu, tetapi dia semakin dekat. Lari kecilnya terasa cepat menghampiriku. Aku histeris. Aku berteriak. Aku tanggalkan kayu berkaki ijuk di tempat itu lalu berlari. Aku mencoba menoleh ke belakang, makhluk itu tengah asik di atas kayu berkaki ijuk. Tiba-tiba tubuhku merasa geli hingga kepala. Aku terdiam memaku menatapinya. Sepertinya makhluk itu menyadari bahwa aku tengah memperhatikannya. Tidak, dia berlari lagi ke arahku. Aku memutar ruang, melompat jika dia sudah di dekat kakiku. Aku kembali histeris. Tiba-tiba saraf otakku memberikan impuls sebuah perintah untuk menghadapinya. Aku ambil kayu berkaki ijuk itu lalu aku banting dia jauh-jauh. Kena. Dia terpental dengan pendaratan terlentang. Kini makhluk itu tengah meronta-ronta meminta tolong. Aku biarkan hingga ia mati menjadi bangkai, suruh siapa menganggu pagiku. 
Rose Diana

15 Okt 2016
10.28

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Novel Dilan (Dia Adalah Dilanku Tahun 1990) - Pidi Baiq

Ulasan Buku Puisi Cinta Yang Marah – M. Aan Mansyur

Ulasan Novel Lelaki Tua Dan Laut - Ernest Hemingway (Seri Sastra Dunia)

Ulasan Novel Pulang - Tere Liye

Ulasan Novel Memeluk Masa Lalu - Dwitasari