Ulasan Novel Dilan (Dia Adalah Dilanku Tahun 1990) - Pidi Baiq
Judul: Dilan (dia adalah Dilanku tahun 1990)
Penulis: Pidi Baiq
Penerbit: Pastel Books
Tahun Terbit (Indonesia): September 2014
Versi: e-book (Google Play Book)
Bahasa: Indonesia
Tebal: 332 halaman
ISBN: 9786027870413
BLURB
“Milea kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Enggak tahu kalau sore. Tunggu aja.” (Dilan 1990) “Milea jangan pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu., nanti besoknya, orang itu akan hilang.” (Dilan 1990) “Cinta sejati adalah kenyamanan, kepercayaan, dan dukungan. Kalau kamu tidak setuju, aku tidak peduli. “ (Milea 1990)
RINGKASAN ISI
Novel ini menceritakan curahan hati Milea sewaktu SMA di tahun 1990. Siswi pindahan dari Jakarta yang hari pertamanya dibuat teringat akan lelaki aneh tapi selalu terpikir. Dilan namanya.
Milea adalah gadis cantik yang feminin sekali. Namun, dia tidak penakut. Milea sosok remaja yang patuh kepada orang tua dan santun. Sampai dia bisa sebegitu dekat dengan Bunda Dilan sejak pertama kali bertemu.
Dilan lelaki unik. Masa remajanya tidak membosankan, bahkan orang disekelilingnya pun tak pernah merasa bosan. Dia anak motor dan ditakuti kawan-kawannya. Namun, dibalik itu, Dilan adalah anak yang santun dan hormat kepada orang tua. Kecuali, jika dia merasa teraniaya. Seperti halnya yang dialami ketika ditampar Pak Suripto.
Serta tokoh lain yang ikut serta dengan kisah cinta Dilan dan Milea, seperti : Piyan, Wati, Akew, Kang Adi, Bunda, Disa, Ibu, Bi Eem, Bi Asih (Nenek), dll.
Cara Dilan mendekati Milea pun cukup unik. Unik ala-ala remaja zaman dulu. Cara mereka komunikasi masih berkirim surat, telepon ke rumah dan titip pesan ke teman dekat. Namun Milea ternyata sudah punya pacar meski akhirnya putus. Selain itu teman sekelasnya pun juga ada yang suka dengan Milea. Di suatu hari, datang Kang Adi yang dianggap penghalang hubungan Milea dan Dilan. Atas kekuatan cinta, penghalang itu pun tak mempan.
Dilan juga suka sekali sastra dan menulis puisi. Sekitar ada empat belas puisi yang dituliskan Dilan untuk Milea.
Milea 1Bolehkah aku punya pendapat? Ini tentang dia yang ada di bumi ketika Tuhan menciptakan dirinya. Kukira Dia ada maksud mau pamer. Dilan, Bandung 1990.
Milea 2
Katakan sekarang kalau kue kau anggap apa dirimu? Roti coklat? Roti keju? Martabak? Kroket? Bakwan? Ayolah! Aku ingin memesannya untuk malam ini. Aku mau kamu. Dilan, Bandung 1990
Pada akhir buku, mereka membuat proklamasi dengan tanda tangan bermaterai.
Proklamasi
Hari ini, di Bandung, tanggal 22 Desember 1990, Dilan dan Milea, dengan penuh perasaan, telah resmi berpacaran.
Hal-hal mengenai penyempurnaan dan kemesraan akan diselenggarakan dalam tempo selama-lamanya.
ULASAN
Milea, kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Enggak tahu kalau sore. Tunggu saja.
Karakter Dilan yang unik membuat saya tak berhenti senyum-senyum sendiri saat membacanya. Becandaannya yang terkadang garing, tapi sikap Milea yang selalu haha-hehe membuat saya ikut senyum. Sepertinya Dilan harus mencoba stand comedy. Haha. Meskipun Dilan penampilannya slengan, setidaknya dia bersikap baik dengan orang tua dan wanita. Benar-benar unik.
Entah dari mana kepikiran oleh Dilan untuk membuat proklamasi bermaterai. Baru kali ini saya mendengar orang pacaran pakai proklamasi bermaterai segala.
Karakter di novel ini dibangun begitu nyata, mungkin karena kisah nyata dari Milea Adnan Husein. Saya bisa membayangkan setiap adegan yang terjadi: bagaimana saat mereka hujan-hujanan di motor berdua, ketika Milea mencoba menghalangi Dilan untuk menyerang, cara Dilan memberi perhatian ketika Milea sakit, ketika mereka saling mengutarakan kerinduan, ketika Dilan memegang tangan Milea pertama kali, itu terasa sekali. Penulis sungguh berhasil.
Kalau suatu saat nanti kau rindu padaku, maukah kau memberitahuku? … Agar aku bisa langsung berlari menemuimu.
Hanya saja, dalam segi penulisan, pada bagian awal, ada serangan “aku” dan “ku” yang menjadi tidak nyaman untuk saya. Serta pengulangan kata dan kalimat yang sudah diterangkan di bab sebelumnya lantas dijelaskan lagi. Selain itu, dialog yang beberapa (banyak) tidak ada penjelasan siapa yang bicara, membuat saya terkadang bingung ‘siapa yang ngomong ini?’ sehingga sampai dua kali dibaca. Mungkin bisa dibilang, bukunya tebal karena penuh dialog. Bahkan ada satu halaman isinya hanya dialog pendek. Jadi jangan tertipu jika kalian menemukan buku tebal, belum tentu isinya betul-betul padat.
Namun dibalik itu semua, pemakaian bahasanya memang ringan. Ya, bahasa curhatan seseorang dan keseharian remaja. Ketika membaca novel ini, saya teringat kembali novel zaman awal sembilan puluhan hingga sebelum dua ribu sepuluh. Novel zaman itu memang kebanyakan dengan penulisan seperti itu, seperti : Anak Kos Dodol, Drop Out, Lupus, dll. Bahkan jika kalian pernah baca majalah gadis atau kawanku pada zaman itu, kalian akan menemukan cerpen dan cerbung dengan gaya kepenulisan yang sama.
Novel ini memiliki sequel dengan judul Dilan #2. Ulasannya di postingan berikutnya.
Kabarnya novel ini akan difilemkan. Saya sangat menantikan dan ingin melihat Dilan dan Milea dalam versi visual. Semoga tidak mengecewakan.
Untuk novel ini saya kasih 9/10, satu poin untuk serangan ‘aku’ dan ‘ku’ serta pengulangan cerita.
Asal kamunya tetap ada di bumi. Udah cukup, udah bikin aku seneng.
Rose Diana
241215
19.56
Komentar
Posting Komentar